(Anggota DPRD Jateng dari Fraksi PDIP Asfirla Harisanto/ Foto: Lingkar Keadilan)
Lingkar Keadilan, BANYUMAS - Komunitas penulis dan mahasiswa mengikuti workshop digital content, di Advo cafe Purwokerto, Jum'at (30/5/2025). Pelatihan digital konten bagi generasi muda ini dinilai penting supaya tidak hanya bermain dengan handphone tetapi menjadi penghasilan.
"Itu yang satu, yang kedua tentunya bisa membuat berita-berita yang lebih update tidak sekedar berita-berita hoax tetapi berita-berita yang berbobot, contohnya tentang isu-isu yang ada terjadi di negeri ini antara lain isu tentang politik, isu tentang ekonomi, kebtuhan pangan, atau isu-isu yang lainnya yang enteng-enteng seperti kuliner tempat wisata atau pendidikan atau apapun lah itu bisa diangkat. Sekarang konten kreator dengan tik tok berkembang ke arah yang lebih baik bisa menghasilkan cuan", ujar anggota DPRD Jateng dari Fraksi PDIP Asfirla Harisanto di depan peserta workshop.
Kalau mau hasilnya lebih besar lagi lanjutnya, sekarang orang dapat membuat media online. Dengan itu semua akan membuka lapangan pekerjaan bagi yang membutuhkan.
Dalam kunjungannya ke Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah itu, Asfirla Harisanto bersama Pendiri PDI Perjuangan Jateng, Willem Tutuarima, pengamat kebijakan publik Eddy Wahono, dan beberapa pengurus DPC PDIP Banyumas memberikan dukungan kepada generasi muda di Banyumas dalam menciptakan lapangan pekerjaan melalui pendirian sebuah media online.
Akan tetapi Asfirla Harisanto mengingatkan bahwa dalam mendirikan media online nantinya jangan membuat berita asal berita atau hoax yang dapat merugikan orang atas pemberitaan tersebut.
"Tentunya akan membuka lapangan pekerjaan bagi teman-teman semua yang membutuhkan lapangan pekerjaan itu, kita saling membantu lah bagi yang membutuhkan tetapi tentunya juga tidak hanya membuat berita yang asal atau ngawur atau hoax atau merugikan orang yang merasa akan dirugikan oleh berita-berita tersebut,"tegasnya.
Workshop Digital Content: Tetap Kritis, Positif dan Inspiratif di Era Disrupsi Informasi tersebut, pesertanya rata-rata berasal dari mahasiswa yang tergabung dalam komunitas penulis beberapa kampus, Asfirla Harisanto menitip pesan agar selalu berbuat baik dan berkumpul dengan orang baik sehingga tidak kejebak dalam hal-hal yang tidak baik.
"Selalu berkarya dan selalu berbuat baik supaya kita akan tetap menjadi baik dan tentu juga kita harus bisa berteman atau berkumpul dengan orang-orang baik pula karena perkumpulan atau lokasi yang kita ada hari ini akan membawa arah ke mana kita akan berpijak lebih baik kah atau kita salah pergaulan di dalam terjerumus tempat-tempat yang tidak baik,"ungkap dia.
Asfirla juga menyatakan siap memfasilitasi bagi peserta workshop digital content untuk membuat konten berita berupa web.
Sementara Tokoh PDI Jateng Willem Tutuarima hanya menyampaikan partainya dikenal dengan sebutan partai wong cilik.
Tentu melalui forum tersebut, menjadi tugasnya untuk meningkatkan kesejahteraan wong cilik.
"Partai ini jelas dikenal dengan partai wong cilik, tugas kita sekarang bagaimana kita bisa meningkatkan kesejahteraan wong cilik ini, mengangkat derajatnya, mereka itu tugas utama pantai supaya mereka juga bisa menikmati isi pembangunan. jadi kita kemari juga dalam rangka itu semua harus kembali kepada marwah kita,"ucapnya.
Sedangkan pengamat kebijakan publik Eddy Wahono menyampaikan di era disrupsi informasi, generasi muda sangat dibutuhkan untuk tetap berpikir kritis, dan positif.
"Di era digitalisasi dibutuhkan anak-anak muda yang berpikir kritis, positif dan menginspirasi apalagi eranya sekarang banyak sekali informasi yang berkembang tapi kita dituntut harus selektif menerima informasi sehingga hoax bisa diantisipasi," kata Eddy Wahono.
Sementara itu, salah satu narasumber Wasis Wardana dari Wild Work Strategic (WWS) mengutarakan, di era disrupsi informasi dan teknologi, bagaimana kita tetap dapat memproduksi suatu pesan komunikasi yang prinsipnya tetap kritis tapi juga positif dan tentu menjadi suatu yang inspiratif.
"Jadi nggak ke bawa arus jadi memproduksi hoax ataupun korban hoax intinya,"ungkap sutradara dari dari film dokumenter Margono Djojohadikusumo "Sang Pelopor" itu.
Dia juga mengaku banyak sekali yang bertanya pada dirinya bagaimana dengan kebebasan berekspresi dan menyampaikan pendapat melalui media sosial dengan baik.
Wasis menyampaikan kebebasan berekspresi dan menyampaikan pendapat dijamin oleh Undang-Undang yaitu UU ITE dan UU Kebebasan Mengeluarkan Pendapat.
Namun, jika tidak ingin dianggap hoax, maka menggunakan kaidah-kaidah jurnalis yang sudah diterapkan.
"Tetapi kan yang penting adalah ada kaidah-kaidah misalkan mau pakai pendekatan kaidah jurnalis lah itu yang ada di diterapkan gitu bahwa misalkan ketika kita mengkritik sesuatu baiknya dalam pengkritikan, pesan yang kita kirimkan ya cover bothside kan gitu Enggak cuma dari satu sisi gitu baiknya,"tuturnya.
Menurut Wasis, ketika penyampaian pesan membawa keranah perubahan perilaku karena emosional harus disampaikan dengan kognitif pengetahuan.
"Jadi ketika mau mengirimkan pesan ya level pertama harus wajib menceritakan pengetahuan dulu, nih konteksnya apa setelah itu baru kemas secara kreatif agar menghasilkan efek-efek yang emosional jadi simpati atau jadi marah enggak apa-apa juga, ya kan itu bagian dari masalah baru kemudian kalau terjadi perubahan perilaku maka perubahan perilaku itu jauh lebih bisa dipertanggungjawabkan karena yang berubah itu paham, kenapa dia berubah bukan asal ke bawa arus informasi aja,"pungkas Wasis Wardana.
Posting Komentar