-->
74HssqAmpAieSQYdpeY0UHJ3eJx0ro2Bjc2BCzNj
Bookmark


 

Perkuat Ketahanan Pangan Rutan Banyumas Tebar 3.500 Bibit Ikan,

Foto: Humas Rutan Kelas IIB Banyumas


Lingkar Keadilan, BANYUMAS – Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIB Banyumas terus berkomitmen mendukung program nasional dalam bidang ketahanan pangan. Bertempat di area ketahanan pangan kemandirian luar Rutan, Rabu (1/10/2025), jajaran Rutan Banyumas bersama Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) pekerja luar melaksanakan kegiatan penebaran bibit ikan sebagai bagian dari program pembinaan kemandirian.

Sebanyak 3.500 bibit ikan yang terdiri dari lele, mujair, dan patin ditebar ke dalam empat kolam berukuran total 400 meter persegi. Prosesi penebaran dilakukan langsung oleh Kepala Rutan Banyumas, Anggi Febiakto, didampingi Kasubsi Pelayanan Tahanan Cakra Citra Sari, staf bimbingan kemandirian, serta perwakilan WBP pekerja luar. Menariknya, sebagian bibit lele dimasukkan menggunakan galon air minum bekas, sebagai bentuk inovasi pemanfaatan barang tak terpakai dan ramah lingkungan.

Dalam sambutannya, Karutan Banyumas Anggi Febiakto menegaskan bahwa program ini sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo dan merupakan bagian dari akselerasi program Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan.

“Kami ingin memastikan bahwa Rutan Banyumas bukan hanya sebagai tempat pembinaan, tetapi juga menjadi pusat pemberdayaan. Ketahanan pangan menjadi fokus utama, karena selain mendukung kebutuhan internal, juga memberikan bekal keterampilan nyata bagi WBP saat kembali ke masyarakat,” tegas Anggi.

Sementara itu, Kasubsi Pelayanan Tahanan, Cakra Citra Sari, menyampaikan bahwa kegiatan tebar bibit ikan ini juga memiliki nilai edukasi.

“WBP yang terlibat bisa belajar teknik budidaya mulai dari menebar, merawat hingga memanen ikan. Dengan begitu, mereka memiliki keahlian baru yang bermanfaat bagi kehidupannya setelah bebas,” ujarnya.

Sejalan dengan itu, salah satu staf bimbingan kemandirian menjelaskan inovasi yang dilakukan melalui pemanfaatan barang-barang bekas.

“Kami berusaha maksimal memanfaatkan sarana yang ada. Misalnya, galon air minum bekas kami ubah menjadi wadah budidaya lele. Inovasi ini sederhana, namun efektif, dan bisa ditiru masyarakat luas,” jelasnya.

Tak kalah menarik, seorang WBP yang turut serta dalam kegiatan ini merasa bangga bisa ikut berkontribusi.

“Saya senang dipercaya membantu kegiatan ini. Selain menambah pengalaman, saya juga jadi punya semangat untuk berusaha lebih baik setelah bebas nanti,” ungkapnya.

Kegiatan tebar bibit ikan ini bukanlah satu-satunya program ketahanan pangan yang dijalankan Rutan Banyumas. Selama ini, area kemandirian luar Rutan juga dimanfaatkan untuk berbagai budidaya pertanian dan peternakan. 

Berbagai jenis sayuran seperti kangkung, bayam, cabai, tomat, terong, dan sawi telah rutin ditanam di lahan pertanian. Hasil panen tidak hanya digunakan untuk mendukung kebutuhan dapur Rutan, tetapi juga menjadi sarana pembelajaran bagi WBP dalam bercocok tanam. 

Selain sayuran, WBP juga didampingi dalam menanam rempah-rempah seperti jahe, kunyit, dan serai. Hal ini sesuai dengan program pemanfaatan lahan produktif sekaligus mendukung gaya hidup sehat berbasis herbal. Selain budidaya ikan lele, mujair, dan patin, sebelumnya Rutan Banyumas juga telah memulai pemeliharaan ayam kampung sebagai upaya diversifikasi pangan. 

Rutan Banyumas secara konsisten mengedepankan konsep reduce, reuse, recycle. 

Barang bekas dimanfaatkan sebagai media tanam, wadah ikan, hingga instalasi sederhana untuk pengairan kebun.

Karutan Anggi Febiakto menambahkan bahwa program ketahanan pangan ini tidak hanya mendukung keberlanjutan Rutan, tetapi juga menjadi contoh nyata integrasi pembinaan WBP dengan program pemerintah pusat.

“Ketahanan pangan bukan sekadar slogan. Kami ingin Rutan Banyumas menjadi model bagaimana pembinaan bisa berjalan seiring dengan kontribusi nyata terhadap kebutuhan bangsa,” ungkapnya.

Dengan berbagai program ini, Rutan Banyumas berharap dapat terus memperkuat kemandirian, meningkatkan keterampilan WBP, serta berkontribusi terhadap stabilitas pangan di tingkat lokal maupun nasional.

Posting Komentar

Posting Komentar